Karlina
114020084
Manajemen C
Fakultas Ekonomi
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
METODE ILMIAH
DAN METODE NON ILMIAH
A. Pengertian
Metode Ilmiah dan Non Ilmiah
1. Metode Ilmiah
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan
oleh para ilmuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan
langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Metode ilmiah
merupakan rangkaian struktur kerja yang tidak dapat dipisahkan.
Metode Ilmiah adalah cara untuk menunjukkan dan memberikan
bukti akan kebenaran suatu teori dan atau pernyataan terkait dengan yang akan
dikemukakan. Suatu Penelitian Ilmiah akan berhasil dengan baik apabila dilakukan
dengan struktur metode ilmiah.
Seperti : Perumusan masalah, Penyusunan Kerangka Berpikir/
Dasar Teori, Penarikan Hipotesis, Eksperimen/Percobaan, Analisis Data,
Penarikan Kesimpulan.
2. Metode Non Ilmiah
Metode non ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan untuk
memecahkan masalah. Namun dalam pemecahan masalah tersebut hanya berdasarkan
pada pendapat atau anggapan dari para
ahli pikir atau dari para penguasa yang dianggap benar. Padahal anggapan itu
belum tentu dapat dibuktikan kebenarannya.
B. Perbedaan
Metode Ilmiah dan Non Ilmiah
1. Metode
Ilmiah
Suatu Penelitian Ilmiah akan berhasil dengan baik apabisa
dilakukan dengan struktur metode ilmiah. Struktur metode ilmiah memiliki
beberapa langkah sebagai berikut:
a. Perumusan
masalah
Perumusan masalah merupakan langkah untuk mengetahui masalah
yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan,
kedudukan, dan alternatif cara untuk memecahkannya. Perumusan masalah juga
berarti pertanyaan mengenai suatuobjek secara tertulis, sehingga dapat
diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan objek tersbut.
b. Penyusunan
Kerangka Berpikir/ Dasar Teori
Penyusunan Kerangka berpikir merupakan argumentasi yang
menjelaskan hubungan antara berbagai faktor yang berkaitan dengan objek dan
dapat menjawab permasalahan. Keterangan keterangan dalam menyusun suatu dasar
teori dapat diperoleh dari buku-buku laporan hasil penelitian orang lain.
Wawancara dengan pakar, atau melalui pengamatan langsung (observasi) di
lapangan. Dasar teori berguna sebagai dasar menarik hipotesis.
c. Penarikan
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan terhadap
permasalahan atau pertanyaan yang diajukan berdasarkan kesimpulan kerangka
berpikir/dasar teori. Dikatakan sebagai jawaban sementara karena hipotesis ini
baru mengandung kebenarannya yang bersifat logis dan teoritis. Kebenarannya
belum bersifat empiris, , karena belum terbukti melalui eksperimen.
d. Eksperimen/Percobaan
Untuk menguji hipotesis dapat dilakukan dengan melakukan
observasi dan percobaan atau eksperimen. Dari eksperimen atau percobaan
tersebut akan diperoleh data. Data inilah yang akan dianalisa untuk memudahkan
penarikan kesimpulan.
Dalam melakukan eksperimen diperlukan beberapa variabel
penelitian. Variabel penelitian adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam
suatu eksperimen. Variabel penelitian tersebut ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari. Dengan adanya variabel penelitian akan diperoleh informasi mengenai
faktor-faktor yang berpengaruh dalam eksperimen sehingga lebih mudah untuk
menarik kesimpulan. Jenis-jenis penelitian sebagai berikut:
a. Variabel Bebas adalah variabel yang sengaja dibuat tidak
sama dalam eksperimen.
b. Variabel Terikat adalah variabel yang muncul akibat
perlakuan dari variabel bebas.
c. Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau
dibuat konstan sehingga hubungan variabel
bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak
diteliti.
e. Analisis
Data
Data diperoleh dari hasil eksperimen. data hasil eksperimen
dapat dibedakan menjadi 2 jenis sebagai berikut:
1. Data kualitatif yaitu data yang tidak disajikan dalam
bentuk angka tetapi dalam bentuk deskripsi. Contoh data ciri morfologi.
2. Data kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka.
Contoh data hasil pengukuran tinggi batang suatu tanaman. Data kuantitatif
harus diolah dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram sehingga mudah dipahami
orang lain.
f.
Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan harus mengacu pada hasil eksperimen.
Kesimpulan dari suatu penelitian harus diambil berdasarkan semua data yang
diperoleh. Penarikan kesimpulan bukan berdasarkan hasil rekayasa atau
kkeinginan peneliti. Bukan pula untuk menuruti kemauan pihak tertentu dengan
cara memanipulasi data. Kesimpulan harus memiliki hubungan yang jelas dengan
permasalahna dan hipotesis.
Ada 2 kemungkinan yang ada dalam pengmbilan kesimpulan,
yaitu hipotesis diterima dan hipotesis ditolak.
2. Metode Non
Ilmiah
Ada beberapa pendekatan metode non ilmiah yang banyak
digunakan, yaitu; pendapat otoritas, pengalaman, penemuan secara kebetulan dan
coba-coba (Trial and Error), metode a priori dan sebagainya.
a. Pendapat
Otoritas
Pendapat otoritas
ilmiah berasal dari orang-orang yang biasanya telah menempuh pendidikan formal
tertinggi atau orang yang telah mempunyai pengalaman kerja ilmiah dalam suatu
bidang/ilmu. Pendapat-pendapat mereka sering diterima orang tanpa diuji; selalu
dipandang benar.
Kadang-kadang ada pendapat yang tidak benar namun karena
merupakan pendapat orang yang mempunyai wewenang, orang awan menganggap
pendapat itu suatau kebenaran. Sejarah membuktikan bahwa sebelum diperkenalkan
teori Copernicus, orang percaya bahwa matahari adalah satelit dari bumi. Bumi
adalah pusat dari alam semesta. Copernicus dan kawan-kawanya dengan gigih
membuktikan teori baru yang sekarang dipercaya kebenarannya bahwa sebenarnya
bumi dan satelit-satelit yang lainya berbutar mengelilingi matahari. Ini
sekaligus mengakhiri teori salah yang telah sekian lama selalu dianggap benar
karena teori itu berasal dari orang yang memiliki wewenang.
b. Pengalaman
Untuk
memperoleh sesuatu yang mereka inginkan manusia seringkali menggunakan
pengalaman-pengalamannya. Contoh misalnya anak kecil kerapkali menggunakan
pengalaman-pengalamannya untuk mendapatkan sesuatu yang dikehendaki dari orang
tuanya. Misalnya; anak kecil menggunakan pengalamanya bahwa kalau ia selalu
patuh terhadap orang tua dan berprestasi selalu mendapat ganjaran dari orang
tuanya. Sebaliknya, kalau ia tidak patuh dan tidak berprestasi ia kena marah.
Dengan pengalaman-pengalaman seperti itu, anak-anak cenderung patuh dan ingin
mendapatkan prestasi yang setinggi-tingginya agar memperoleh pujian dan
ganjaran dari orang tuanya.
Pengalaman memang kadang-kadang banyak membantu. Tetapi jika
tidak digunakan secara kritis bisa merugikan. Anak kecil yang terbiasa rakus
kalau di rumah ; Selalu memilih kue-kue yang besar waktu ibunya membagi kue-kue
kemungkinan anak itu akan memilih hadiah yang dibungkus dalam bungkusan yang
lebih besar meskipun mungkin isinya barang yang tak berharga.
c. Penemuan
Coba-coba ( Trial and Error )
Penemuan secara
kebetulan banyak terjadi dan banyak diantaranya sangat berguna, Misalnya,
Newton menemukan hukum grafitasi bumi waktu ia secara kebetulan melihat buah
apel yang jatuh. Archimedes, menemukan dalil Archimedes yang sangat
terkenal itu sewaktu ia mandi berendam
dalam suatu bak yang penuh air. Ada seorang penderita malaria yang secara
kebetulan menemukan obat penyakitnya pada waktu mandi dikolam yang berisi air
pahit yang berasal dari kulit pohon kina yang pohonya tumbang ke dalam parit.
Penemuan-penemuan seperti itu di peroleh tanpa rencana, tidak pasti, dan tidak
melalui langkah-langkah yang sistimati dan terkendali.
Penemuan coba-coba ( trial and error ) di peroleh tanpa
kepastian untuk memperoleh suatu kondisi tertentu untuk pemecahan suatu
masalah. Usaha seperti ini umumnya merupakan serangkaian percobaan tanpa arah
dan tanpa keyakinan yang pasti untuk suatu pemecahan masalah. Pemecahan terjadi
secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha coba-coba. Penemuan
tersebut pada umumnya tidak efisien dan tidak terkontrol.
d. Metode A
Priori
Metoda a priori juga disebut metoda intuisi. Dalam
pendekatan ini orang menentukan pendapat mengenai sesuatu berdasar atas
pengetahuan yang langsung ( didapat dengan cepat tanpa proses dan pemikiran
yang matang). Dalil-dalil dan kesimpulan yang diterima menurut metode tersebut
semata-mata berdasar alasan yang tidak dipertimbangkan dengan pengalaman.
C.
Memahami Metode Ilmiah
Perkembangan pola pikir manusia dimualai dari zaman
Babilonia (kurang lebih 650SM) dimana orang percaya pada mitos, ramalan asib berdasarkan perbintangan. Bahkan percaya
adanya banyak dewa. Pengetahuan itu mereka peroleh dengan berbagai cara, antara
lain:
1.
Prasangaka
Yaitu suatu anggapan benar padahal baru merupakan
kemungkinan benar atau kadang-kadang malah tidak mungkin benar. Contoh, pada
zaman Babilonia, orang percaya bahwa hujan dapat turun dari surge sampai kebumi
melalui jendela-jendela yang ada di langit. Dengan prasangka, orang sering
mengambil keputusan yang keliru. Prasangka hanya berguna untuk mencari
kemungkinan suatu kebenaran.
2.
Intuisi
Yaitu suatu pendapat seseorang yang diangkat dari
erbendaharaan pengetahuannya terdahulu melalui suatu proses yang tidak
disadari. Jadi, seolah-olah begitu saja muncul pendapat itu tanpa difikir.
Pengetahuan yang dicapai denngan cara demikian sukar dipercaya,
ungkapan-ungkapan sering juga masuk akal namun belum tentu cocok dengan
kenyataan. Contoh, seorang astrolog disamping rumusannya sering menggunakan
intuisinya dalam memberikan ramalan nasib seseorang.
3.
Trial and error
Yaitu metode coba-coba atau untung-untunngan. Cara ini dapat
diibaratkan seperti seekor kera yang mencoba meraih pisang dalam sebuah
kerangken dari percobaab Kohler, seorang psikolog Jerman. Kera itu dengan cara
coba-coba akhirnya dapat juga meraih pisang dengan menggunakan tongkat.
Banyak penemuan hasil “real and error” sangat
berguna bagi manusia, misalnya, ditemukannya rendaman kulit kina untuk obat
malaria. Penemuan dengan cara coba-coba ini jelas tidak efisien sebagai suatu
cara untuk mencari kebenaran.
Pada zaman Yunani orang cenderung untuk mengikuti ajaran
dari para ahli piker atau para penguasa. Namun, ajaran-ajaran ini ternyata
banyak yang keliru karena ahli-ahli piker itu terlalu mengandalkan atas
pemikiran atau akal sehat, dan kebenaran yang dianut itu adalah yang masuk
akalnya. Contohnya, setiap hari kita melihat matahari terbit dari timur lalu
terbenam dari barat. Maka masuk akallah bila dikatakan bahwa matahari beredar
mengelilingi bumi. Pengetahuan yang didapat dengan cara tersebut diatas
termasuk pada golongan pengetahuan yang tidak ilmiah.
Pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan itu
memenuhi 4 syarat yaitu:
1.
Objektif
Artinya pengetahuan itu sesuai objeknya, maksudnya adalah
bahwa kesesuaian atau dibuktikan denga hasil pengindraan. Contoh, Galileo dapat
dianggap tokoh perintis ilmu pengetahuan khususnya IPA karena ia berani
menentang kepercayaan yang ada pada masa itu yang berlawanan dari hasil
pengamatannya. Ia mengajarkan pada murid0muridnya untuk tidak begitu saja
mempercayai ajaran Aristoteles dan hendaknya melakukan eksperimen serta membuat
kesimpulan atas obserfasinya itu. Singkatnya, Galileo mendambakan kebenaran yang objektif atas dasar empiri.
2.
Metodik
Artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan
cara-cara tertentu dan terkontrol.
3.
Sitematik
Artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu system,
tidak berdiri sendiri (satu dengan yang lain saling berkaitan, saling
menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh).
4.
Berlaku umum
Artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat
diamati oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan
cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Contoh : melalui teropongnya Galileo menemukan adanya gunung-gunung di bulan.
Pengetahuan ini tak hanya berlaku bagi Galileo tetapi setiap orang bila
menggunakan teropong yang sama dengan cara yang sama akan memperoleh
pengetahuan yang sama, yaitu bahwa di bulan ada gunung-gunung.
D. Memahami
Metode Ilmiah Sebagai Dasar IPA
H.W. Fowler mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis
dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes didalam bukunya “Science
in Education” menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh
dengan metode khusus. Kedua perbedaan diatas sebenarnya tidak berbeda.
Memang benar bahwa IPA merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi
teori tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap
gejala-gejala alam. Betapapun indahnya suatu teori dirumuskan, tidaklah dapat
dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan atau observasi.
Fakta-fakta
tentang gejala kebendaan atau alam diselidiki, dan diuji berulang-ulang melalui
percobaan-percobaan (eksperimen), kemudian berdasarkan hasil eksperimen itulah
dirumuskan keterangan ilmiahnya atau teorinya. Teori
pun tidak berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh suatu hasil pengamatan.
Contoh :
1. Maxwell tidak akan sampai menyusun teori gelombang
elektromagnetik, kalau seandainya Faraday tidak berhasil dalam
percobaan-percobaannya mengenai induksi elektromagnetik.
2. Planet Neptunus tidak akan diketemukan secara teoritis
seandainya sebelumnya tidak ada pengamatan yang menyaksikan suatu keanehan
dalam lintasan planet-planet lainnya.
Jadi dapatlah disetujui bahwa ipa adalah suatu pengetahuan
teori yang diperoleh atau disususn dengan cara yang khas khusus, yaitu
melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimentasi, observasi dan demikiana seterusnya kait-mengkait antara cara
yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu yang demikian ini
terkenal dengan nama metode ilmiah.
Metode ilmiah pada dasarnnya merupakan suatu cara yang logis
untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Metode ilmiah inilah merupakan dasar
metode yang digunakan dalam IPA.
Sejak abad ke 16 para ilmuan mulai menggunakan metode itu
ddalam mempelajari alam semesta ini. Mereka menyadari adanya suatu masalah.
Pemecahan masalah itu dilakukan tahap demi tahap dengan urutan langkah-langkah
yang logis, dikumpulkannya fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah tersebut,
mengujinya berulang-ulang melalui eksperimen tersebut yang diyakini
kebenarannya. Pendekatan yang digunakan kadang-kadang bersifat induktif dan
kadang-kadang bersifat deduktif.
Pendekatan induktif iaalah mengambil kesimpulan umum
berdasar dari sekumpulan oengetahuan, sedangkan yang bersifat deduktif ialah
berdasarkan hal-hal yang sudah dianggap benar diambil suatu kesimpulan dengan
menggunakan hal-hal yang dianggap benar itu.
Sejak digunakannya metode ilmiah didalam penelitian ilmiah,
dimulailah ipa modern yang kemudian berkembang sangat pesat. Perintis-perinyis
ipa modern ialah Galililoe Galililei (1564-1642), Isaac Newton (1642-1727) dan
Robert Boyle (1626-16910), sedangkan yang khusus dalam ilmu kimia ialah Antoine
Lurente Lavoiser (1743-1793).
Lavoiser melalui eksperimen-eksperimen yang dilakukannya
berulang-ulang telah dapat membuktikan bahwa pada proses pembakaran terjadi
reaksi antara bahan yang dibakan denngan oksigen yang terdapat di hawa udara
jadi bukan karena bahan yang dibakar tersebut mengandung flogiston seperti
anggapan orang-orang sebelumnya. Berdasarkan penemuanya itu lavoiser telah
membukatikan bahwa teori flogiston itu salah dan sebagai gantinya dikemukakan
teori oksigen yang masih berlaku sampai saat ini. Sukses lavoiser ini diperoleh
karena dia menggunakan metode ilmiah dalam penelitiannya.
Adapun langkah-langkah didalam metode ilmiah adalah:
1. Perumusan masalah
2. Penyusunan Kerangka Berpikir/ Dasar Teori
3. Penarikan Hipotesis
4. Eksperimen/Percobaan
5. Analisis Data
6. Penarikan Kesimpulan menjadi hasil teori ilmiah
Secara umum, penilitian dapat
diartikan sebagai proses mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi
secara sistematis sehingga menghasilkan kesimpulan yang sah. Langkah-langkah
yang ditempuh dalam metode ilmiah merupakan langkah yang hierarkis (berjenjang
atau berurutan) dan logis. Tahapan-tahapannya sitematis, bukan acak. Dalam
penelitian, langkah dengan menggunakan metode ilmiah tersebut secara tipikal
dapat dirinci sebagai berikut.
1.
Mengenali dan menentukan masalah
yang akan diteliti.
2.
Mengkaji teori yang sudah ada yang
relevan dengan masalah yang hendak diteliti.
3.
Mengajukan hipotesis atau pertanyaan
penelitian.
4.
Membuat desain penelitian untuk
menguji hipotesis tersebut.
5.
Mengumpulkan data dengan menggunakan
prosedur yang mengacu pada desain penelitian.
6.
Menganalisis data.
7.
Menginterpretasikan data dan menarik
kesimpulan.
Dalam penelitian, suatu penarikan
kesimpulan yang tidak menggunakan pendekatan atau metode ilmiah dapat dikatakan
tidak sah. Kenapa? Hal ini perlu disadari oleh peneliti pemula karena dalam
praktik ada beberapa prosedur dasar dalam penarikan kesimpulan yang tampak sah
ternyata justru sebaliknya, tidak sah karena pendekatan yang ia gunakan bukan
pendekatan ilmiah. Jika prosesnya tidak sah maka produk yang dihasilkan juga
tidak sah secara ilmiah.
Suatu produk penelitian (dalam hal ini pengetahuan) yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah paling tidak mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
Suatu produk penelitian (dalam hal ini pengetahuan) yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah paling tidak mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
1.
Objektif
2.
Bahasa jelas
3.
Dapat diverifikasi, dan
4.
Empirik
Bagi orang awam, pengertian objektif
adalah lawan dari subjektif, tidak bias, dan terbuka terhadap kritik. Dari
sudut pandang prosedural dalam rangkaian proses penelitian, kata objektif ini
mengacu pada prosedur pengumpulan dan analisis data sehingga si peneliti tidak
mungkin menginterpretasikan hasil penelitiannya secara salah. Dengan kata lain,
jika ada orang lain melakukan penelitian tersebut dengan prosedur seperti yang
ia lakukan maka hasil yang diperoleh akan sama. Objektivitas ini sangat penting
dalam penelitian dan deskripsi prosedur perlu sejelas mungkin agar terbuka
peluang bagi peneliti lain untuk mereplikasi penelitian tersebut.
Kadar objektivitas dalam banyak hal
ditentukan oleh objek dan tempat penelitian. Contohnya, kadar objektivitas
penelitian fisika di laboratorium relatif lebih tinggi daripada penelitian
biologi di lapangan atau di kebun percobaan. Yang perlu disadari adalah bahwa
masalah objektivitas bukan merupakan hal yang mudah karena penelitian sosial
bukan dilakukan terhadap benda mati melainkan kepada manusia yang mempunyai
perilaku berubah-ubah/sukar diramal. Oleh karenanya diperlukan kecermatan yang
tinggi jika hasil yang diharapkan kelak ingin benar-benar dapat dipercaya.
Kejelasan atau akurasi merupakan
aspek kedua yang perlu diperhatikan dalam penelitian. Dalam penelitian banyak
sekali bahasa atau istilah teknis yang mungkin hanya dikenali oleh orang-orang
tertentu. Bahasa yang digunakan harus jelas dan tepat. Salah satu cara untuk
mengindahkan prinsip kejelasan berbahasa ini adalah membuat definisi
operasional istilah yang digunakan sehingga orang lain tidak salah dalam
menangkap makna yang ingin dituangkan dalam laporan penelitian.
Aspek ketiga adalah keterbukaan
untuk diverifikasi. Ini berkaitan erat dengan dua aspek sebelumnya. Bila kedua
aspek tersebut diindahkan, maka baik desain maupun hasil penelitian tersebut
bersifat terbuka dan dapat ditindaklanjuti baik dalam bentuk penelitian ulang
oleh peneliti lain atau penelitian yang lebih mendalam. Dalam dunia penelitian,
hasil replikasi bisa sama, bisa juga berbeda dengan hasil penelitian semula.
Istilah keterbukaan untuk diverifikasi disini berarti segala informasi dalam
penelitian tersebut terbuka bagi publik untuk direplikasi, ditelaah kembali,
dan di kritik, dikonfirmasi atau bahkan ditolak oleh peneliti lain.
Aspek keempat, pendekatan yang
dilakukan dalam dunia penelitian adalah pendekatan benar oleh orang awam
apabila sesuatu itu berjalan baik, tanpa mempertanyakan kembali mengapa sesuatu
dianggap benar, karena kalau tidak benar maka tidak akan berjalan baik. Tetapi
bagi seorang peneliti, pengertian empiris itu didasarkan pada bukti yang
ditunjukkan dengan data. Dimana data tersebut diperoleh dari hasil pengamatan
yang dilakukan dengan prosedur yang sistematis serta objektif.
Jika para peniliti tidak dapat
membedakan antara pendekatan ilmiah dan non ilmiah maka akibatnya akan fatal.
Hail jerih payah penelitian tidak akan sah karena tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Irawan (1977) membedakan pendekatan ilmiah
dan non ilmiah berdasarkan masalah yang dirumuskan, jawaban yang
diberikan, proses pengumpulan dan analisis data serta penyimpulan hasil dan
pemanfaatan hasil. Perhatikan tabel berikut agar pembaca lebih memahami
perbedaan pendekatan ilmiah dan non-ilmiah.
Tabel Perbedaan Pendkatan Penelitian Ilmiah dan Non-Ilmiah
Metode
Ilmiah
|
Metode
Non-Ilmiah
|
Permasalahan harus dirumuskan
secara jelas, spesifik dan Nampak variable yang diteliti
|
Permasalahan yang dipertanyaakan
sering tidak jelas, tetapi bersifat umum dan sumir
|
Jawaban yang diberikan terhadap
permasalahan harus didukung dengan logis dan benar
|
Jawaban apapun tidak perlu
didukung data
|
Proses pengumpulan data, analisis
data, dan penyimpulan harus dilakukan dengan logis dan benar
|
Tidak ada proses pengumpulan data
atau analisis data, meskipun mungkin ditutup dengan kesimpulan
|
Kesimpulan siap diuji oleh
siapapun yang meragukan validitasnya
|
Pengujian terhadap kesimpulan
boleh dilakukan ataupun tidak tanpa membawa akibat yang berarti bagi
kesimpulan pertama
|
Hanya digunakan untuk mengkaji
hal-hal yang diamati, dapat dikur, empiris
|
Boleh saja digunakan untuk
mengkaji hal apapun termasuk yang paling misterius, supranatural, dan
dogmatis
|